Banyak berita dan obrolan hangat bergulir di kalangan para pelaku musik tanah air tentang cerita berbagai Mayor label yang ada di negeri ini. Banyak pula beredar kabar bahwa Mayor label adalah sebuah perusahaan yang begerak di bidang musik, yang mempromosikan karya musik dari para musisi, dan mampu mendistribusikan karya musik secara meluas dan tersistem dengan baik. hal itu tentunya akan berimbas pada menjadi populernya sang musisi, diikuti dengan pendapatan yang lebih layak, yang tentunya menjadikan masa depan kehidupan sang musisi menjadi lebih terjamin.
Tapi benarkah seperti itu realitanya?jawabannya tentu mungkin bisa ya, bisa juga tidak. Pernahkah kita mendengar seorang penyanyi, musisi, band, yang telah menjalin kontrak dengan pihak mayor label, namun lagu atau albumnya tak kunjung beredar?,pernahkah kita mendengar bahwa royalti yang diterima sang artis (musisi) ternyata begitu kecil dibanding pendapatan yang diperoleh pihak mayor label?, pernahkah kita mendengar nasib sang musisi karena tak mampu memberikan pendapatan yang baik bagi pihak mayor label, kemudian nasib kontraknya tak berlanjut lagi?. Tentunya hal-hal seperti itu seringkali menjadi tobrolan hangat dan topik yang menarik, bagi seluruh musisi di manapun berada. Khususnya bagi para musisi yang begitu berminat untuk menembus Mayor Label. Tapi begitulah realita industri musik yang terus berkembang ,menuju sebuah dunia musik yang cenderung sangat berorientasi bisnis.
Setidaknya itu menjadi sebuah pengalaman bagi seluruh musisi untuk menjadi lebih cerdas menghadapi sebuah realita industri musik sekarang. Musisi harus mampu memilih, menimbang secara lebih jeli Mayor label manakah yang mampu memberi keuntungan lebih pada musisi, yang masih memiliki jiwa bisnis namun memiliki hati nurani, yang masih melihat sebuah karya adalah sebuah produk yang begitu agung, mahal karena bersumber dari sebuah inspirasi. Inspirasi yang tak mudah untuk dilakukan oleh orang lain selain seorang musisi yang mampu mencipta sebuah lagu. Yang masih mau menyadari bahwa tanpa seorang musisi, roda bisnis mereka tak mampu berjalan. Ini juga menjadi pelajaran besar bagi seluruh musisi ketika akan melakukan kontrak dengan pihak mayor label, pelajari aturan main, kontrak, pembagian royaltinya secara mendetail.
Yang jelas tidak semua Mayor Label selalu kejam dan hanya melihat dari segi profit saja, meskipun tak bisa dipungkiri profit itu memang menjadi sebuah hal yang utama bagi Mayor Label. Mungkinkah segala ketimpangan itu tak ada lagi nantinya? semua tergantung kita juga para musisi indonesia. kita mungkin teringat dengan istilah biologi ketika kita masih duduk di bangku sekolah. "Simbiosis Mutualisme", Mungkinkah istilah itu bisa berlaku di industri musik kita??. Mari kita lihat dan ikuti perkembangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar